Hari itu untuk pertama kalinya dalam sejarah kemahasiswaan di ITB, rangkaian acara wisuda yang biasanya di iringi arakk-arakan dan biasanya pula acara arak-arakan ini melewati Jalan Tamansari, jalan disamping ITB.
Entah karena sebab apa yang tidak terlalu jelas, mulai karena kekhawatiran macet, berantem, atau lain sebagainya untuk pertama kalinya dan benar-benar terjadi wisuda April 2010 Itb kali ini menggunakan jalur dalam, ya jalur tunnel, yang biasa dipake anak TPB untuk langsung tembus ke Saraga.
Entah ini merupakan berita besar atau berita yang biasa saja. Tentu banyak wisudawan yang kecewa. Sebagian besar wisudawan tentu mengingkan Tamansari yang karena sudah menjadi tradisi, atau mungkin hanya sekadar tidak terima karena mereka dulu mengarak senior mereka ya, lewat Tamansari itu.
Satu hal lagi yang membuat kali ini sedikit berbeda adalah pejabat rektorat yang kali ini menyaksikan para pengarak, dalam hal ini mahasiswa adik angkatannya , menyaksikan berbagai atraksi yang tentunya belum pernah dilihat. Dari dulu mungkin rektorat tidak peduli tentang hal-hal seperti itu. Rektorat hanya taunya wisudaan lancar, tanpa tawuran dan tidak menyebabkan citra negatif dari masyarakat luar yang melihat. Karena memang setiap momen wisudaan itu momen yang sakral bagi orang-orang tertentu.
Wisuda menjadi titik balik dari kehidupan seseorang, dimana ia akan terjun langsung ke masyarakat menerapkan ilmu atau bekal yang lain yang ia dapat semasa kuliah. Wisuaan juga bisa menjadi tempat untuk melampiaskan apa saja bagi orang yang rese, yang ga punya kerjaan lain, misalnya aja dalam kasus berantem antar himpunan, yang tidak lain tentu saja dimotori wisudawan yang sudah tidak mungkin lagi kena sanksi apapun.
Momen waktu itu, Sabtu 10 April 2010 sebagai Satgas, satuan tugas perwakilan himpunan, yang bertugas mengawasi jalannya arak-arakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Satgas tersebar di berbagai spot dan saya bertugas di penyambutan wisudawan, Saraga, tempat biasanya orang menghabiskan waktu untuk berolahraga, atau hanya sekadar cuci mata. Waktu itu pun seolah olah bukan mau ngarak tetapi mau nonton bola, karena pada saat yang bersamaan ada yang sedang bermain bola.
Terlihat konyol, seru, bagus, sedih, gembira mungkin itulah yang saya sendiri rasakan waktu itu. Entah yang lain, mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan sedikit penambahan atau pengurangan. Yang paling konyol tentu saja anak SR, entahlah, para seniornya tak henti-henti ngerjain juniornya, berlangsung terus-menerus seperti lingkaran setan yang tak pernah terputus. Karena dalam setiap wisudaan mereka yang menjadi panitianya adalah angkatan yang baru masuk ITB. Begitu konyolnya, ada yang pake topeng monyet, army men, pinokio yang jumlahnya sangat banyak, dan penari hulahop.
Terjadi masalah miskomunikasi dari himpunan Astronomi, mereka yang pertama keluar. Wisudawan dah keluar tapi belum ada yang nyambut. Dilihat dari massa yang nyambut pun jumlahnya dikit. Agh, kasian rasanya melihatnya, kurang seru, kurang rame. Yang kelihatan paling rame itu anak PATRA, jumlah massanya banyak, ramelah...
Hingga HMS Sipil yang keluar dari saraga terakhir tidak terjadi chaos di dalam saraa. Entah di tampat lain. Karena wisudawan diarak mengelilingi kampus. Bisa juga terjadi clash antar himpunan atatupun pertemuan yang diinginkan. Kata temen-temen si PATRA ketemu Arsi. . wah kayanya seneng.
Sampai sipil pergi, berakhir pulalah tugas Satgas di area Saraga, yang kemungkinan juga disusul yang bertugas di daerah lain.
Wisudaan yang berkesan karena untuk pertama kalinya menjadi Satgas. Tidak seperti Oktober kemarin yang menjadi LO, ga asyik, tapi tetep bagus juga.
puuuhhh , blog mu uda bisa dikomen sekarang.
ReplyDeletesook komen sesuka hati.
jahaddddddddddddddddd !!!!!!!!!!!!!!!!!
ReplyDeletemu gag jadi minjemin modem !!!!!!!!!!!!